Fashion is never
die. Ya.. itulah ungkapan yang terkenal saat ini. Fashion tidak lagi hanya
menyangkut soal pakaian saja. Tapi dari ujung rambut sampai ujung kaki bisa di
bilang fashion. Saat ini saya
akan membahas tentang lensa kontak atau softlens. Bukan hal yang baru lagi
untuk memakai softlens di zaman seperti ini, khususnya di kalangan remaja.
Softlens yang dulunya mempunyai fungsi sebagai alat bantu penglihatan seperti
kacamata, kini berkembang menjadi asesoris mata.
Softlens terdiri
dari 2 macam. Yaitu softlens min atau plus dan softlens kosmetik. Softlens min
atau plus adalah softlens yang mempunyai kemampuan untuk membantu penggunanya
yang mengalami gangguan penglihatan jarak dekat ataupun jarak jauh. Sedangkan
softlens kosmetik adalah softlens yang berfungsi untuk mempercantik mata saja.
Warna-warna yang di tawarkan juga lebih bervariasi. Ada warna biru, ungu,
abu-abu, coklat, dan lain-lain. Harganya juga berbeda-beda, mulai dari 50.000 –
120.000 (hasil survey di sebuah optik di daerah bulevard hijau, bekasi)
Tapi, di balik
keindahan memakai softlens, ternyata ada banyak bahaya yang mengikutinya.
Seperti terkena iritasi mata, konjungtivitis atau peradangan pada selaput
lendir, alergi, pembengkakan, kerusakan kornea mata (keratitis), dan kebutaan.
Di kutip dari
situs : enggar-pradana.blogspot.com ternyata sebanyak 65,9%
lensa terkontaminasi dengan pathogenic acanthamoeba dan 30% amuba ditemukan
sangat patogen. Acanthamoeba merupakan tipe protozoa yang banyak ditemukan di
tanah dan juga sering ditemui di air bersih. Spesies ini kebanyakan memakan
bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada manusia. Tak hanya di dunia, kasus
gangguan mata akibat penggunaan lensa kontak di Indonesia juga mulai muncul.
Salah satu dokter spesialis mata dari Graha Amerta RSUD dr Soetomo, dr Hendrian
D. Soebagyo, Spm mengaku khusus untuk pasien yang ditanganinya, sedikitnya
terdapat 50% pasien yang mengalami gangguan mata karena lensa kontaknya
terkontaminasi oleh amuba. Sedang 1% pasien mengalami gangguan berat hingga
menyebabkan kebutaan permanen.
Karena softlens
sangat sensitif terhadap debu dan bakteri, maka di haruskan untuk menjaga
kebersihan softlens dan mengganti masa pemakaiannya sesuai masa kadarluasa yang
berlaku. Apabila hal ini tidak di perhatikan, maka akan menyebabkan penyakit
keratitis (peradangan kornea mata di bagian depan). Berikut penjelasan tentang
gejala dan faktor penyebabnya yang dikutip dari http://edypramono-fkmui.blogspot.com/2010/02/lensa-kontak-tak-bersih-sebabkan.html
Faktor Penyebab dan Gejala
Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa.
Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea mata yang sehat, namun
beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka
atau trauma pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi.
Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus, dan jamur merupakan salah
satu yang dapat menyebabkan keratitis. Penyebab lainnya adalah kekeringan pada
mata yang disebabkan penggunaan lensa kontak, benda asing yang masuk ke mata,
atau bahkan iritatif lainnya. Selain itu, kekurangan vitamin A dan penggunaan
lensa kontak yang kurang baik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya
keratitis.
Menurut Dr Siti Fatimah Sah R SpM dari Rumah Sakit Puri
Indah Kembangan Selatan, Jakarta Barat, penyebab keratitis bisa dari bakteri,
virus, dan jamur alergi. “Bisa juga akibat dari kondisi mata yang kering,”
katanya. Penyebab umum terjadinya penyakit ini karena trauma atau luka yang
terjadi tepat di kornea mata. “Sering kali kita mengucek mata terlalu
berlebihan sehingga menimbulkan luka pada kornea,” jelasnya.
Keratitis sering terjadi karena pasien tidak menyimpan atau
mensterilkan lensa kontak dengan benar sehingga mengakibatkan terjadinya
infeksi pada mata. Selain dari faktor subjek pengguna, ada pula aktivitas yang
dapat menjadi faktor risiko terjadinya penyakit ini yaitu memakai lensa kontak
saat berenang atau mandi di pancuran (shower) tanpa melepas lensa kontak.
Beberapa gejala yang ditimbulkan dari keratitis di antaranya, keluar air mata
yang berlebihan dan rasa nyeri yang teramat sangat pada mata. Selain itu
terjadi juga penurunan ketajaman penglihatan. Pada beberapa kasus juga ditemui
radang pada kelopak mata yang menyebabkan mata menjadi merah dan bengkak serta
sangat sensitif terhadap cahaya yang berlebih.
Pengobatan
Obat tetes mata atau salep mata antibiotik, antijamur, dan
antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini
hanya boleh diberikan dengan resep dokter. Terkadang banyak pasien yang
sembarangan menggunakan tetes mata tanpa resep dari dokter. Pengobatan yang
tidak baik atau salah dapat menyebabkan perburukan gejala. Obat kortikosteroid
topikal dapat menyebabkan perburukan kornea pada pasien dengan keratitis akibat
virus herpes simplex.
Obat-obatan yang mengandung steroid tidak boleh digunakan
untuk mata yang terkena keratitis, karena mungkin memperburuk penyakit dan
menyebabkan ulserasi kornea dan menyebabkan kebutaan. Dan harus berkonsultasi
dengan dokter mata atau memenuhi syarat untuk pengobatan kondisi mata.
Sedangkan untuk beberapa kasus yang berat biasanya
diperlukan pencangkokan kornea agar mata bisa kembali melihat normal. Hih...
ternyata serem ya menggunakan softlens. Anda masih mau mencoba memakainya ???